
Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna, menjelaskan bahwa salah satu keuntungan utama dari skema cicil emas adalah harga emas yang terkunci pada saat akad. Artinya, meskipun harga emas naik di kemudian hari, cicilan yang dibayarkan tetap sesuai dengan harga saat pembelian.
“Keunggulan utama cicil emas adalah Anda bisa membeli emas dengan harga saat ini, meskipun emas tersebut baru Anda terima ketika cicilan sudah lunas,” ungkap Anton dalam acara halal bi halal BSI bersama media di Jakarta, Selasa.
Ia juga mencatat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kenaikan harga emas dalam rupiah tercatat lebih tinggi dibandingkan dalam dolar AS. Oleh karena itu, menurutnya, emas bisa menjadi pilihan investasi jangka panjang yang mampu melindungi nilai aset, terutama di tengah kondisi inflasi yang terus meningkat setiap tahun.
Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Utama BSI, Bob T. Ananta, turut menambahkan bahwa cicil emas memungkinkan masyarakat untuk menikmati potensi kenaikan harga emas di masa depan. Dalam skema ini, nasabah bisa membeli emas dengan harga sekarang—misalnya 50 gram—namun pembayarannya dilakukan secara bertahap selama enam bulan hingga satu tahun.
“Cicil emas ini memiliki karakteristik investasi. Nasabah membeli dengan harga saat ini, dan saat harga naik, mereka berpotensi memperoleh imbal hasil,” jelas Bob.
Saat ini, proses memiliki emas menjadi lebih praktis dan cepat berkat layanan digital cicil emas, yang menghilangkan kebutuhan untuk mengantre di toko fisik. Selain itu, menyimpan emas secara digital juga lebih aman dibandingkan menyimpannya secara konvensional di rumah, karena mengurangi risiko kehilangan.
Bob juga menyampaikan bahwa harga emas diprediksi akan terus naik dalam jangka menengah hingga panjang, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Berdasarkan proyeksi dari Goldman Sachs, harga emas dapat meningkat hingga 3.200 dolar AS per troy ounce, bahkan bisa mencapai 4.500 dolar AS pada akhir tahun 2025.