
Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila, sebuah momentum penting untuk merefleksikan nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Peringatan ini bukan hanya soal kenangan sejarah, melainkan kesempatan strategis untuk menyemangati seluruh elemen bangsa, termasuk para mahasiswa, agar terus bergerak maju dalam segala aspek, khususnya pendidikan. Namun, realita di lapangan menunjukkan tantangan yang tidak mudah bagi mahasiswa, terutama di tahap akhir studi seperti penulisan skripsi. Banyak dari mereka yang mengalami kendala motivasi, kesulitan metodologi, bahkan rasa jenuh yang membuat penyelesaian studi terhambat. Fenomena ini tentu mengundang pertanyaan: bagaimana membangkitkan kembali semangat belajar yang menggelora?
Dalam konteks inilah artikel ini hadir, dengan harapan mengaitkan nilai-nilai luhur
Pancasila dan pemikiran Hasan Al-Banna—seorang Filsuf Islam yang menaruh perhatian besar pada ilmu, niat ikhlas, dan perjuangan—sebagai sumber inspirasi dan motivasi agar mahasiswa STAI Tanbihul Ghofilin semakin bersemangat menyelesaikan studi dan berkontribusi nyata bagi umat dan bangsa.
Pancasila sebagai Spirit Akademik Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki nilai-nilai yang sangat relevan dan dapat dijadikan semangat dalam menuntut ilmu.
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengingatkan bahwa belajar bukan sekadar aktivitas duniawi, melainkan bagian dari ibadah yang mengandung nilai spiritual. Dengan kesadaran ini, mahasiswa diajak menanamkan niat belajar untuk meraih ridha Ilahi, sehingga proses belajar menjadi bermakna dan penuh keberkahan.
Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab, menegaskan bahwa ilmu yang diperoleh harus berorientasi pada kemanusiaan. Ilmu bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tapi juga untuk menegakkan keadilan dan membangun masyarakat yang beradab. Mahasiswa sebagai agent of change harus menanamkan nilai ini agar ilmunya bermanfaat luas.
Sila ketiga dan keempat, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, mengajak mahasiswa untuk membangun budaya akademik yang inklusif, demokratis, dan kolaboratif. Diskusi terbuka, toleransi, dan kerja sama adalah kunci dalam lingkungan kampus yang beragam.
Sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menguatkan tujuan agar hasil ilmu dapat membawa kesejahteraan bersama. Mahasiswa diharapkan tidak hanya sukses secara akademik, tapi juga peduli pada isu-isu sosial dan berkontribusi aktif dalam mengatasi ketimpangan di masyarakat.
Pemikiran Hasan Al-Banna sebagai Pedoman Etos Belajar
Hasan Al-Banna (1906–1949) adalah tokoh Islam yang mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Ia dikenal sebagai pemikir dan pejuang yang sangat menekankan pentingnya ilmu, niat ikhlas, dan perjuangan sebagai fondasi kehidupan seorang Muslim. Pemikirannya sangat relevan untuk dijadikan pedoman dalam membangun etos belajar mahasiswa.
Salah satu kutipan penting Hasan Al-Banna adalah:
كل عمل لا يقوم على نية صادقة ولا يقوده فكر صحيح فهو عمل باطل لا يؤتي ثمار
“Setiap amal yang tidak didasari niat ikhlas dan tidak dibimbing oleh pemikiran yang benar adalah amal yang kosong dan tidak membuahkan hasil.” (Risalah al-Mu’tamar al-Khamis, 1941)
Kutipan ini mengingatkan mahasiswa agar setiap usaha, termasuk belajar dan menulis skripsi, harus dimulai dari niat yang tulus dan pemikiran yang matang. Niat ikhlas mengarahkan fokus dan ketekunan, sedangkan pemikiran yang benar menjamin kualitas dan kebermanfaatan ilmu.
Selain itu, Al-Banna menegaskan:”
أعظم مسؤولية على الشباب هي بناء أنفسه بالعلم والأخلاق والعمل، ثم بناء أمتهم بالوعي والكفاح
Tanggung jawab terbesar para pemuda adalah membangun diri dengan ilmu dan amal, lalu membangun umat dengan kesadaran dan perjuangan.” (Majmu’ Rasail, Darul Syuruq, 1992)
Pernyataan ini relevan untuk membangkitkan semangat mahasiswa agar tidak hanya berorientasi pada hasil akademik, tapi juga membangun karakter dan kontribusi sosial. Mahasiswa menjadi agent of change yang memperjuangkan kemajuan umat dan bangsa melalui ilmu dan amal nyata.
Integrasi Nilai untuk Semangat Mahasiswa
Ketika nilai-nilai Pancasila dipadukan dengan pemikiran Hasan Al-Banna, tercipta sinergi yang kuat untuk membangun karakter dan motivasi mahasiswa. Belajar bukan lagi semata rutinitas akademik, melainkan sebuah ibadah dan jihad intelektual yang harus dijalankan dengan kesungguhan dan keikhlasan. Mahasiswa diajak memahami bahwa ilmu yang diperoleh harus diarahkan pada kebaikan umat dan bangsa, bukan hanya pencapaian pribadi. Hal ini sejalan dengan semangat Pancasila yang mengedepankan keadilan sosial dan persatuan. Peran kampus, dosen, dan komunitas mahasiswa sangat strategis dalam membentuk ekosistem belajar yang mendukung nilai-nilai tersebut. Lingkungan akademik yang kondusif, pembimbingan intensif, dan komunikasi terbuka membantu mahasiswa mengatasi hambatan dan memacu semangat mereka dalam menyelesaikan skripsi dan studi. Hari Lahir Pancasila sudah seharusnya menjadi momentum refleksi mendalam dan penguatan komitmen intelektual serta moral mahasiswa STAI Tanbihul Ghofilin Banjarnegara. Dengan menggabungkan nilai-nilai Pancasila dan inspirasi dari pemikiran Hasan Al-Banna, mahasiswa diharapkan mampu membangkitkan semangat, menata niat, dan bertanggung jawab menyelesaikan studi hingga tuntas. Mahasiswa bukan sekadar pencari gelar, tetapi agen perubahan yang berilmu, berakhlak mulia, dan berdedikasi untuk kemajuan umat dan bangsa. Mari jadikan momen bersejarah ini sebagai titik balik semangat perjuangan intelektual dan sosial demi masa depan yang gemilang. 01 Juni 2025. (DK)
1 komentar
Alif Alfath, Sunday, 1 Jun 2025
saya sangat termotivasi oleh artikel ini, memang betul adanya bahwa mahasiswa bukan hanya agent of change, tetapi juga adalah calon pemimpin – pemimpin masa depan, maka selayaknya mahasiswa untuk lebih kokoh dalam bertanggung jawab atas dirinya sndiri, karna tiada pemimpin yang bisa bertanggung jawab atas kepemimpinannya terkecuali dia telah melewati berbagai macam kondisi yang menekankan ia tuk bertanggung jawab atas apa yang ia pilih,
kita adalah mahasiswa, kita adalah penerus bangsa, kita adalah agen dalam perubahan, kita adalah pemimpin masa depan, maka, mari sama sama kita kokohkan nilai nilai beragama, berbangsa dan bernegara, dan pondasi dari itu semua adalah BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEWAJIBAN DIRI SENDIRI.