Ekonomi Syariah: Mencari Keberkahan di Tengah Pencapaian Finansial

Guru Besar Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Prof. Dr. H.M. Yasir Nasution, baru-baru ini menekankan bahwa inti dari ekonomi syariah bukan hanya terletak pada perolehan keuntungan finansial semata. Menurutnya, esensi sejati dari ekonomi syariah adalah bagaimana aktivitas ekonomi tersebut mampu menghadirkan keberkahan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Hal ini disampaikan Prof. Yasir dalam acara “Sosialisasi Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI” yang berlangsung di Hotel Grand Mercure, Medan, pada Selasa, 27 Agustus 2024.

Prof. Yasir menjelaskan bahwa keberkahan adalah konsep yang seringkali diabaikan dalam dunia bisnis modern yang cenderung berfokus pada keuntungan materi. “Keberkahan itu membuat yang sedikit terasa banyak, yang sempit terasa lapang, dan yang sulit menjadi mudah,” ujarnya, mengutip laman muisumut. Dalam pandangan beliau, keberkahan berkaitan erat dengan perbuatan baik yang dilakukan secara konsisten, yang dapat memberikan dampak positif dan berkelanjutan.

Ekonomi syariah berbeda dari sistem ekonomi konvensional karena tidak semata-mata mengejar laba. Nilai-nilai yang diusungnya mencakup keadilan, transparansi, dan tanggung jawab sosial. Dengan menempatkan keberkahan sebagai tujuan utama, ekonomi syariah menawarkan perspektif alternatif dalam dunia ekonomi yang sering kali dinilai berdasarkan pertumbuhan dan keuntungan finansial saja.

Prof. Yasir juga mengingatkan kembali sejarah panjang perkembangan ekonomi syariah di Indonesia, yang berawal pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pendirian perbankan syariah pertama di Indonesia, seperti dijelaskan Yasir, merupakan hasil dari usulan Karnain Purwaka Atmaja, Direktur Jenderal Moneter Kementerian Keuangan saat itu. Inisiatif ini menandai langkah awal penting menuju penerapan prinsip-prinsip syariah dalam sistem keuangan nasional.

Melihat ke depan, Prof. Yasir mengajak para pelaku ekonomi untuk terus mempertimbangkan dimensi keberkahan dalam setiap aktivitas mereka. Ia menekankan bahwa keuntungan finansial tidak seharusnya menjadi satu-satunya tolok ukur kesuksesan, melainkan harus diimbangi dengan pencapaian nilai-nilai moral dan spiritual yang berkelanjutan. “Keberkahan adalah nilai utama yang harus dicapai dalam setiap usaha ekonomi syariah,” tegasnya.

Pernyataan Prof. Yasir ini mengingatkan kita bahwa ekonomi syariah bukan hanya soal transaksi bisnis atau perhitungan laba rugi. Lebih dari itu, ia adalah upaya untuk menciptakan sistem ekonomi yang adil, berkelanjutan, dan membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Dengan menekankan keberkahan, ekonomi syariah berpotensi memberikan solusi atas banyak tantangan ekonomi modern, mulai dari ketidakadilan sosial hingga kerusakan lingkungan, menjadikannya relevan dan penting di era sekarang.